1.Sikaf Alqur’an tentang Syair
Sebagaimana yang kita ketahui di dalam Alqur’an terdapat kosa-kata الشعر (syair), الشا عر (penyair) dan الشعراء (para penyair). Kata-kata syi’ri (syair) di sebut satu kali di dalam konteks menjelaskan bahwasanya Allah swt tidak pernah mengajarkan syair kepada Rasulullah saw,Dan ayat tersebut juga menjelaskan tidak layaknya Rasullah sebagai penyair ,sebagaimana firman Allah di dalm Alqur’an :
Artinya:(69)Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya(Muhammad) dan bersyair itu tidak pantas baginya,Al qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang member penerangan .(1)[1]
Imam Ibnu Kasyir di dalam tafsirnya menjelaskn bahwa kalimat وما ينبغي له (Dan bersyair itu tidak pantas bagi Raulullah saw) maksudnya :Bahwa bersyair bagi Rasullullah bukan tabiatnya dan bukan pula karakteristiknya.
Imam Abu Zar’atirrazi mengatakan:Tiada keturunan Abdul Muttalib di lahirkan melainkan ahli dalam bersyair kecuali Baginda Rasulullah saw.
Di dalam Surat Atthur Allah menceritakannya tentang penghinaan orang-orang yang keras kepala kepada Rasulullah SAW,sebagaimana firman Allah di dalam Alqur’an yang artinya:’
. ‘’(30)Bahkan mereka mengatakan ‘’dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya’’
Terdapat kata-kata الشا عر (penyair) empat kali di sebut di dalam Surat Al-Ambiya’ yang mana ayat tersebut menjelaskan dan menceritakan perkataan orang kafir kepada Al-Qur’an dan menceritakan tentang tuduhan orang –orang yang keras kepala kepada Nabi Muhammad SAW.Tentang hal ini Allah befirman dalam Al-Qur’an:
Artinya(5)Bahkan Mereka berkata pula “(Alqur’an itu adalah)Mimpi-mimpi yang kalut malah di ada-adakan,bahkan dia sendiri seorang penyair,maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu Mu’jizat sebagaimana Rasul-rasul yang telah lalu di utus.(2)[2]
Di dalam Surat Al-Haqqah terdapat penafian (peniadaan) makna atau bentuk dan sifat kalimat Alqur’an itu bukan syair dan ayat tersebut juga menjelaskan bahwa baginda Rasulullah bukan seoran penyair.
Allah berfirman yang artinya sebagai berikut:
‘’(40)Sesungguhnya Alqu’an itu adalah benar-benar wahyu(Allah yang di turunkan)kepada Rasul yang mulia,(41)Alqur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair,(42)Dan bukan pula perkataan tukang tenung.(43)Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran kepadanya.’’(5)[3]
Ayat tersebut menjelaskan tentang penafian dokrin bagi orang yang mengatakan bahwa Alqur’an itu syair,dan ayat itu juga menerangankan tentang Baginda Rasulullah saw. bukanlah seorang penyair,bukanpula soarang tukang tenung.Dan perlu anda ketahui ayat-ayat tersebut diatas bukan menjelaskan tentang hukum secara lizatihi,melainkan ayat-ayat itu menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu lebih indah maknanya dan kata-katanya lebih ijaz dari syair,dan juga Alqur’an itu lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya di bandingkan dengan syair.bukan itu saja Alqur’an lebih agung dari segala sesuatu yang ada di dunia pana ini.
Dan adapun kata الشعراء (para penyair) terdapat dalam Surat Assuara’a Ayat 224-227 yang artinya sebagai berikut:
‘’(224)Penyair-penyair itu di ikuti oleh orang-orang sesat.(225)Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap –tiap lembah. (226)Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mampu mengerjakannya ,kecuali orang-orang beriman dan beramal soleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman,Dan kelak orang yang zalim itu akan mengetahui ketempat mana mereka kembali.(1)[4]
Dan ayat tersebut di atas kita ketahui sebagian kelompok penyair arab dahulu membiasakan dirinya menghiasi keburukan,kejelekaan dan kebohongan dengan untaian kata-katanya yang baik lagi indah,sehingga nampak keburukan itu baik,dan kejelekan itu kelihatan indah dan juga kebohongan itu seakan-akan benar,sehingga setiap orang yang mendengar perkataannya terhipnotis,terpukau dan terbuai dengan syair-syairnya itu.
Azzujaj mengatakan:’’Sesungguhnya penyair itu apabila menghina dan mengejek apa yang tidak di perbolehkan ,maka mereka itu termasuk golongan yang menyesatkan’’.
Demikian juga apabila memuji dengan berlebihan maksudnya pujiannya terlalu jauh dari kenyataan,itu juga termasuk kaum yang menyesatkan,Kamudian Allah menyifati para penyair dengan firmannya:’’Bahwa mereka mengembala di tiap-tiap lembah’’.Dalam hal ini Ibnu Abbas berkata:’’Setiap perkataan yang tidak berguna ,itu termasuk menjerumuskan orang ke lembah kebohongan.Dan Imam Hasan Basri mengatakan:’’ Demi Allah tiada saya melihat para penyair kecuali mencaci maki orang dengan kata-katanya,dan tiada saya melihat para penyair kecuali memuji alias lebai dengan syair-syairnya.Dan firman Allah swt.yang artinya :Dan sesungguhnya mereka mengatakan apa yang mereka tidak kerjakan.maksudnya “Mereka selalu berbohong dengan syairnya”.
Dan sifat para penyair tersebut sebagaimana yang kita ketahui bukan maksud secara maknawi,bukan menjelaskan tentang hukum boleh atau tidaknya syair,tetapi ayat tersebut memaparkan dan menjelaskan tentang pembelaan Allah terhadap kitabnya dan Rasulnya,dan ayat itu juga menjelaskan mulianya Alqur’an dan Rasulnya dari pekerjaan Tukang Tenung,Penyihir dan Penyair.
Oleh karena itu Ibnu Kasyir menafsirkan ayat tersebut:’’Sesungguhnya Allah menurunkan Alqur’an bukanlah perkataan Tukang Tenung dan bukan pula seorang penyair ,melainkan untuk menghapus dan menghilangkan semua dokrin itu’’.
Ayat 224 menjelaskan para Penyair tidak semua sesat,tetapi ayat tersebut menjelaskan sebagian kelompok para penyair yang menyeru kepada hal-hal yang negatif,Kamudian di lanjutkan dengan ayat 227,Nah ayat ini menjelaskan bahwa bukan semua para penyair tersesat ,tapi yang di maksud dengan orang-orang sesat itu identik dengan kelompok pertama yaitu orang-orang Mekkah yang kafir yang mana ketika itu menghina dan mencaci maki Rasulullah dengan syair-syairnya,Dan waktu itu juga kebanyakan para penyair belum masuk islam.Dan kelompok kedua yaitu kaum Anshor maksudnya penyair Madinah
Yang mana para penyair ini membela Rasulullah dengan syair-syairnya dan meninggikan agamanya dengan untaian kata-katanya,misalnya dalam perang supaya pasukan muslim bersemangat dan berkobar jiwanya ketika berhadapan dengan musuh,para penyair membuat syair Hamasah(syair pembakar jiwa) dan masih banyak contoh syair yang lain yang akan di jelaskan panjang lebar pada Sikaf Rasulullah tentang Syair.
Kesimpulan ayat di atas menjelaskan tentang penghinaan Al-Qur’an terhadap para penyair yang menjerumuskan manusia kejalan yang batil dan para penyair yang suka bersilat lidah alias berbohong dengan syair-syairnya.Dan adapun para penyair yang menyeru kepada Amar Ma’ruf Nahi Munkar,maka penyair yang kayak ini tidak di haramkan melainkan di anjurkan.
2.Sikaf Rasulullah saw. tentang Syair.
Kita bisa menemukan Sikaf Rasulullah tentang syair begitu banyak bentuk apresiasinya terhadap syair,sabagaimana yang kita ketahui pada umumnya Rasulullah memperbolehkan mendendangkan syair dan mendengarkannya .Dan dari bentuk sikap apresiasinya terhadap syair baik berupa pujian dan kekaguman beliau kepada seorang penyair.Imam Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah dari Rasulullah saw. bersabda:’’Paling benar kalimat yang di lantunkan orang Arab yaitu syair Lubaid yang mengatakan:
الا كل شيء ما خلا الله با طل وكل نعيم لا محا لة زا ئل
“Ketahuilah semua sesuatu apa yang selain Allah adalah batil,Dan segala macam bentuk nikmat tiada yang abadi .(1)[5]
Dan begitu juga ketika Rasulullah saw. dalam majelis sahabatnya sebagaimana yang di riwayatkan oleh Imam Attirmizi dari jabir bin Samarah Semoga Allah meridhoinya,Jabir Bin Samarah berkata:’’Saya duduk bersama Rasulullah saw lebih dari seratus kali ,maka ketika para sahabatnya mendendangan sebuah syair dan Waktu itu para sahabat berdiskusi tentang masalah-masalah atau perkara-perkara pada zaman jahiliyyah,sementara Rasululluh dalam keadaan diam dan sekali –kali simpul senyum beliau mengembang bersama para sahabatnya.
Dan sering juga Rasulullah saw. memberikan hadiah dan berdoa kepada sebagian penyair yang membuat beliau kagum dengan makna syairn-syairnya.Terbukti ketika para sahabat mendendangkan bait-bait syairnya di depan beliau ,Rasulullah membalasnya kadang-kadang dengan mendoakan mereka supaya masuk syurga, seperti yang pernah terjadi kepada Hasan dan Nabighoh Al-Jahdy ketika membacakan Baginda Nabi saw. bait-bait syairnya,kamudian beliau membalasnya dengan mendoakan keduanya supaya masuk Syurga,Dan kadang-kadang juga beliau memberikan Hadiah kepada sebagian sahabatnya seperti Kaab Bin Zuhair dan Hasan Sirin saudari dari Mariah Qibtiyah.
Baginda Rasulullah saw bukan saja mendoakan,dan memberikan hadiah kepada para sehabat yang membacakan beliau syair, melainkan juga memberikan semangat,motifasi dan dukungan moril supaya mereka bisa membuat syair yang syarat maknanya dengan nilai-nilai da’wa yang mendorong umat supaya semakin giat mengerjakan kebajikan,dan kadang –kadang beliau juga menambahkan dengan kata-katanya yang mengatakan:’
عميرة ودع ان تجهزت غا ديا كفي الشيب و الأسلا م نا هيا ’
‘’Tinggalkan Umaira’ jika kamu telah betul-betul siap untuk pergi dan cukuplah ketuan dan islam itu sebagai larangannya’’.
Dan perkataan yang lain juga seperti perkataan Torpah:
ستبد ئ لك الأ يا م ما كنت جا هلا و يأ تيك بالاخبا رما لم تزود
‘’Dan akan tiba pada suatu hari yang kamu sendiri tidak mengetahuinya,Dan akan datang kepadamu berita yang kamu tidak sangka-sangka akan datang kepadamu.
Asli Redaksi dari Baginda Nabi saw seperti ويأ تيك ما لم تزود با لأخبا ر kamudian penyair merubah susunannya sesuai dengan wazan yang di inginkan oleh seorang penyair ,seperti wazan syair di atas.
Berbagai bentuk apresiasinya Baginda Rasulullah saw. terhadap para penyair menunjukan bahwa rasulullah membolehkan melantunkan ,mendendangkan dan mendengar syair bahkan bisa menjadi mustahabbun( di sunnatkan) membaca dan mendendangkan sebuah syair jika isi kandungannya mengajak untuk mencari keridhoan Allah dan Rasulnya.
Sikaf Rasulullah saw. di atas menunjukkan Bahwa beliau membolehkan dan menganjurkan dan memberikan motivasi kepada para penyair yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah keburukan dan Baginda Nabi saw. juga membenci dan melarang keras para penyair yang menyeru kepada kebatilan.
Dari apa yang telah lewat tentang sikaf orang Islam terhadap syair dapat di simpulkan menjadi beberapa perkara sebagaimana yang tersebut di bawah ini:
1. [6]Sesungguhnya islam tidak mengharamkan syair,dan tidak pula mencegahnya, akan tetapi islam meluruskan manhajnya,sebagaimana Islam memperbaiki dan membenarkan seluruh aspek kehidupan.
2. Diperbolehkannya syair dari perkataan Al-Hasan bin Tsabit, untuk mendengarkannya dan menirunya selama tidak membuat kita lalai dari hal-hal yang pardu( wajib) dan hal-hal yang mustahabbun( yang di sunnatkan) dalam syariat Islam.
3. Dibolehkan Syair dari perkataan Hasan bin tsabit di baca dan di dendangkan dan menndengarkanya didalam Masjid yang mana tatkala itu yang mendengar Rasulullah dan Sahabat-sahabatnya.
4. Bolehnya meriwayatkan syair Jahily dalam rangka belajar atau untuk memperdalam bahasa supaya bahasa arabnya lebih taammuq(mendalam) dan boleh juga menggali Syair-syair Jahily untuk memahami makna tafsir bilayat secara mendalam yang ada di dalam Alqur’an sebagaimana yang di katakan oleh ibnu Abbas:’’jika kamu membaca sesuatu dari kitabullah lalu kamu tidak menemukan maknanya,maka carilah maknanya pada syair-syair Arab’’.
5. Mempermudah di dalam memuji orang yang jujur yang tidak ada padanya sifat-sifat munafiq ,sebagaimana Zuhair memuji Sayyidina Umar bin Khatab dan yang mana pujiannya tidak jauh keluar dari kenyataannya.dan Zuhair juga telah memuji Rasulullah berapa kali dengan syair –syairnya dan Rasulullah membenarkan semua pujiannya itu.
6. Bolehnya menyiarkan dan memamerkan keburukan itu dengan syairnya bagi orang-orang yang terzalimi.
sebagaimana firman Allah swt :
لا يحب الله الجهر بالسو ء من القو ل ألا من ظلم
Artinya:’’Allah tidak suka menampakan keburukan seorang dengar perkataannya kecuali perkataan orang-orang yang terzalimi’’.
7. Bolehnya membalas kebaikan dengan kata-kata yang baik dan boleh juga membalas kejelekan seseorang dengan perkataan yang jelek .
REFERENSI
1. Adab Jahily pada masa islam dan Bani Umayyah Tingkat dua Kuliah Lughoh jurusan Ammah,pengarang DR.M:Abdurrahman Abdu Zohir Dan pengajar Al-Ustadz DR.Zakariya Abdul Majid Annuty
2. Pasal Empat موقف الأ سلا م من الشعر )Sikaf islam tentang Syair) halaman 73-92.
[1] .Surat Yasin ayat 69.
[2] .Surat Al-Ambiya’ ayat 5.
[3] Surat Alhaqqah ayat 40-43.
[4] .Surat Assyuara’ ayat 224-227.
[5] .Sahih Muslim yang di sarahkan oleh Imam Nawawi 12/15
[6] .Sirah Balaghohubbi dan syair sayyid 11-1
الكا تب : نا صر ين
كلية: اللغة العر بية با لقا هرة
الفر قة: الثا ني
الشعبة: العا مة
الجنسية: الأندو نيسي
0 comments:
Post a Comment